Musda Golkar Labuhan Batu Terindikasi Tidak Jantan dan Penuh Tanda Tanya

PIRNAS.COM | LABUHANBATU – Berlangsungnya Musda Partai Golongan Karya (Golkar) Labuhan Batu, berjalan penuh sengketa berirama kericuhan dalam tubuh golkar pribadi. Masyarakat bertepuk dan bersorak, layaknya mengamati sebuah film bollywood yang penuh ketegangan serta secarik lelucon. Jumat (28/8/2020).

Pasalnya, terduga ada kerasukan sebuah mahluk halus sesuai dengan pengamatan dalam musda tersebut. Perdebatan dalam tubuh Golkar Labuhan Batu, terjadi simpang siur, antara terduga pemangku kekuasaan bersama kaderisasi yang berpegang teguh pada ADRT partai tersebut. Sehingga sebahagian Kader Golkar tinggalkan acara musda karena terduga permusyawarahan musda ke X Partai Golkar Labuhan Batu bertepuk sebelah tangan.

Menurut hemat dari pantauan masyarakat yang tidak mau disebutkan namanya, Partai Golongan Karya Labuhan Batu kerab terjadi simpang siur dalam permusyawaratan atau musda, tapi selesai dengan musyawarawah. Tidak seperti masa dalam kepemimpinan H. Andi Suhaimi Dalimunte, para kader angkat kaki dari musda, termasuk Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) serta Himpunan Wanita Karya (HWK).

Menurut HWK juga AMPI, segala sesuatu tetep berpedoman pada ADRT, juga juklak yang ada sebagai petunjuk jalannya permusyawaratan berjudul Musda. Diketahui dan nyata dalam juklak, bahwa yang berhak dalam pencalonan diri sebagai Ketua Golkar, minimal telah menjadi kaderisasi 5 tahun, dan tidak atau pernah bersangkutan pada partai yang lain.

Sementara H. Andi Suhaimi dianggap tidak layak, dan tidak memenuhi syarat. Ironisnya beliau diketahui pernah menjadi pengurus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan tidak bisa buktikan sertifikat pengunduran diri. terduga para kaderisasi yang merasa keberatan hal ini telah melanggar ADRT partai tersebut.

Demikian dikesalkan sesepuh Golkar Labuhan Batu, H. Sudarwanto yang pernah menjabat Wakil Bupati Labuhan Batu, yang didampingi mantan Sekretaris Partai Golkar Labuhan Batu Faisal Nur Daulay priode 2012/2017.

“Perselisihan pendapat hal wajar, dan kerap terjadi dalam upaya mensatukan mufakat, khususnya dalam tubuh Golkar Labuhan Batu yang telah kami lalui. Namun kebijaksanaan muncul lebih besar dibanding keegoisan, semua dapat selesai dengan musyawarah”, ucap H. Sudarwanto.

Hal yang terucap mantan sesepuh ini, sama dan seirama seperti yang diucapkan team penasehat Golkar (H. Farinsal Siregar) pada musada, agar dimusyawahkan yang sebaik baiknya.

“Seharusnya siapapun yang menjadi pemimpin atau Ketua Partai Golkar khususnya Labuhan Batu, harus mampu membimbing dan mengayomi dengan bijaksana pada kaderisasi ditubuh Golkar, baik yang mendirikan atau didirikan, kerena itu adalah raga dari tubuh Golkar”, cetusnya dengan nada kecewa, Minggu (30/8).

Dijelaskan Sudarwanto, memimpin partai tidak serupa memimpin OKP, Partai Golkar adalah rumah atau tempat bernaungnya aspirasi politik, untuk membangun bangsa dan negara Indonesia.

“Menjadi ketua atau pemimpin haruslah jeli, mengapa AMPI yang merupakan aspirasinya Golkar, organisasi yang didirikan Partai Golkar, tidak terima atas hasil musda tersebut?”,  ungkapnya dengan geleng kepala.

(Rahmat Siregar)