PIRNAS.ORG & PIRNAS.COM | LABUSEL – Penjualan gas LPG 3 Kg bebas di jual di kedai-kedai di seluruh Kec. Silang Kitang, Kab. Labuhanbatu Selatan, Prov. Sumut dan mayoritas masyarakat menggunakan gas LPG 3 Kg di warung rumah makan, orang-orang kaya hampir semuanya menggunakan gas LPG bersubsidi tersebut.
Pangkalan menjual bebas di kedai-kedai untuk di jual eceran kepada masyarakat kalau yang orang mampu akan membeli 2 atau 3 tabung, rumah makan sampai 4 sampai 5 tabung sekali beli untuk setok, kebutuhan di rumah maupun di tempat usaha masing-masing.
Bagai mana kalau sistem seperti ini subsidi LPG tidak membengkak orang kaya juga ikut-ikutan jadi orang miskin membeli gas 3 Kg karena harganya murah, memalukan!!!.
“Percuma ada istansi yang berwenang ada dinas perdagangan, ada polisi, bagian ekonomi di kantor bupati, semua tidak perduli menangani masalah tersebut pegawai pemerintah di gaji tapi tidak berbuat apa-apa, di Pemkab Labusel, hanya menerima laporan di atas meja tidak ada yang mau memonitorong di lapangan, prilaku pangkalan yang di beri ijin untuk mentribusikan gas LPG 3 Kg untuk orang-orang miskin di wilayah tersebut alhasil orang miskin akan jadi korban, karena tidak menemukan harga het yang di tentukan pemerintah sehingga mau beli di pangkalan sudah habis tidak kedapatan, ungkap salah satu warga di Kec. Silang Kitang.
Karena sudah dijual di kedai-kedai dengan harga Rp 25000, bayangkan saja gas turun satu truk paling 2 jam habis masing masing parapara pemilik kedai rame-rame memborong LPG tersebut ada yang bawa becak ada yang pakek sepeda motor ada bawak 20 tabung, ada bawa 30 tabung, ada yang bawa 15 tabung, ramelah rebutan untuk di jual lagi kepada masyarakat karena untungnya lumayan.
“Kalau agak enak gini tidak sulit para pemilik kedai menjual Rp. 25.000, kalau agak payah di jual Rp. 30.000 sampai dengan Rp. 35.000 pertabung gas LPG 3 Kg” ungkap warga tersebut.
Salah seorang pemilik pengkalan yang ada di Kecamatan Silang Kitang saat di konfirmasi (27/11) ketika di pertanyakan masalah tersebut membantah adanya penjualan di atas harga het padahal jelas penjualan di atas harga het kepada para pemilik kedai, warung, rumah makan, saat wartawan di lokasi dengan enaknya menjual tanpa adanya rasa bersalah.
Di tempat terpisah di Desa Ulu Mahuam ibu YN, saat membeli tabung gas LPJ di kedai saat di konfirmasi awak media ini (27/11). “Ibu beli di mana..?” “di kedai pak,,” jawabnya. “Berapa harganya..?” “Rp. 25.000 pak”, “kok tidak beli di pangkalan ya..?”, “Susah kayak saya ini beli di pangkalan cuman di tertawai pemilik pangkalan pak, katanya gas uda habis”, jawab YN
Truss ibu selama ini beli di mana..?? “Ya di kedai pak”, kalau gas tidak susah begini paling murah Rp 25000, kalau gas agak payah pak,, beli Rp 30.000.-Rp.35.000. gitu pak selama ini di sini”, kata YN, tersebut warga Desa Ulu Mahuam.
Info buat kementrian perdagangan dan pertamina di Jakarta ini faktanya di lapangan gas LPG di wilayah Labusel sengaja di biarkan semua tidak perduli harga di kedai kedai Rp. 25.000-Rp. 30.000. semua di nikmati orang-orang kaya pemilik rumah makan, kedai, di jual bebas, orang miskin hanya dapat menonton dan mengeluh dengan berkata dalam hati, “oh negriku masih ada kah perhatian untuk orang-orang miskin seperti kami sambil meneteskan air mata kesedihan karena hak orang miskin di habisi secara paksa”.
Reporter : MS